Jumat, 04 Mei 2012

Hikmah di balik keterpurukan gerakan jihad.

Hikmah di Balik Keterpurukan Gerakan Jihad, Para Mujahid Bersabarlah!
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah yang menunjuki dan menyesatkan kepada siapa yang Dia
kehendaki. Siapa yang diberinya petunjuk niscaya tak ada seorangpun yang mampu menyesatkannya.
Sebaliknya, siapa yang disesatkan oleh-Nya maka tak satupun yang mampu memberi petunjuk. Ya Allah
tunjukilah kami kepada jalan-Mu yang lurus.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam , yang telah
menyampaikan risalah, menasihati umat, dan berjihad di jalan Allah dengan jihad yang sebenarnya.
Semoga shalawat dan salam juga dilimpahkan kepada keluarga, para sahabat, dan umatnya yang
senantiasa meniti jalan hidupnya.
Kondisi umat Islam, diakui, dalam kondisi terpuruk. Negeri tempat tinggal mereka berada dibawah
tekanan dan kendali bangsa-bangsa kafir, khususnya Amerika dan sekutunya. Syariat Islam yang menjadi
aturan kehidupan mereka tidak boleh diterapkan. Bahkan bercita-cita tegaknya syariah saja sudah
diancam. Sehingga dengan sukarela atau terpaksa kaum muslimin di atur dengan syariat dan aturan
yang tidak diridhai Rabb mereka.
َﻢْﻜُﺤَﻓَﺃ ِﺔَّﻴِﻠِﻫﺎَﺠْﻟﺍ َﻥﻮُﻐْﺒَﻳ ُﻦَﺴْﺣَﺃ ْﻦَﻣَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻦِﻣ ٍﻡْﻮَﻘِﻟ ﺎًﻤْﻜُﺣ َﻥﻮُﻨِﻗﻮُﻳ
"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? " (QS. Al-Maidah: 50)
Di sisi lain dari kehidupan kaum muslimin, terdapat kelompok-kelompok yang serius dan konsisten
mengembalikan kejayaan umat Islam. Mereka berjuang untuk tegaknya kepemimpinan Islam yang lepas
dari tekanan bangsa kafir. Tujuannya, agar syariat Allah bisa ditegakkan. Kaum muslimin hidup mulia di
bawah syariat Tuhannya.
Jalan perjuangan yang ditempuh untuk tercapainya tujuan di atas memang beragam. Namun ringkasnya,
jalan dakwah -dengan bermacam bentuknya- dan jihad menjadi pilihan untuk sampainya kepada tujuan.
Karena keduanya telah ditempuh teladan umat Islam, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, untuk
memenangkan Islam dan meninggikan kalimatnya.
Dalam perjalanan perjuangan Islam tadi, sekarang, kaum muslimin sedang mengalami keterpurukan.
Pejuang Islam satu demi satu gugur di tangan lawan. Sebagiannya ditangkap dan dipenjara, bahkan ada
yang dieksekusi mati dengan tuduhan teroris. Para tokohnya dirusak nama baiknya, sehingga umat
Islam yang awam menjadi benci kepada mereka dan tidak memberikan dukungannya.
Di tataran kelompok dan jamaah umat Islam, lembaga-lembaga yang konsisten mengusung Dakwah Wal
Jihad demi tegaknya syariah mendapat perlawanan hebat dari bangsa kafir. Para thaghut penentang
syariat dari kalangan munafikin yang menjadi cecunguk kafirin berada di barisan terdepannya. Mereka
bersatu padu untuk memberi stigma buruk terhadap gerakan dakwah dan jihad, sebagai kelompok
teroris dan fundamentalis. Akibatnya, kelompok dan jamaah tersebut diancam dibubarkan.
Kondisi yang tidak menyenangkan ini mengakibatkan beberapa pejuang Islam membelot dari jalan
perjuangan. Tidak lagi membela dakwah dan jihad Islam, tapi berbalik menjadi corong untuk padamnya
cahaya perjuangan, -entah apa sebabnya, tapi urusan fulus terlihat ada di baliknya-. Para pembelot
tersebut bersama para thaghut dan kafirin memerangi kaum muslimin. Mereka membuka semua
rahasia yang menjadi strategi perjuangan, sehingga semakin mudahlah musuh memusnahkan
pergerakan.
Melihat realita ini sebagian umat yang dahulu punya semangat menjadi melemah. Bahkan sebagian
menganggap ujian demi ujian yang datang sebagai indikasi salahnya jalan. Sehingga ia meninggalkan
jalan jihad dan memilih jalan berislam yang aman dari ancaman. Bagaimanakah hakikat perjuangan,
khususnya di akhir zaman ini? Apakah kekalahan dan keterpurukan menjadi indikasi salahnya jalan
sehingga harus ditinggalkan? Bagaimana seharusnya kaum Mujahidin menyikapi realita yang kurang
menyenangkan ini?
Ujian Untuk Penyaringan
Di antara sunah Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam perjuangan, adanya tamhis (penyaringan/seleksi)
dalam barisan pejuang Islam sebelum tibanya kemenangan. Karena kemenangan tidak akan diberikan
kecuali melalui tangan hamba-hamba pilihan. Kemenangan yang beturut-turut dan cepat akan
mengakibatkan masuknya manusia yang beragam kualitas iman dan kejujurannya dalam barisan
pemenang. Karena itu, Allah memberikan ujian kepada para hamba-Nya sehingga hanya tinggal pasukan
pilihan. Tidak ada dalam barisan mujahidin kecuali orang yang jujur dan teguh, mereka itulah yang akan
Allah tolong sesudah itu, sebagaimana yang terjadi pada ghazwah (perang) Uhud.
SesudahAllah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin pada perang Badar, banyak orang
madinah yang masuk Islam, di antara mereka ada golongan munafikin. Kemudian Allah Subhanahu wa
Ta'ala mentakdirkan perang Uhud sesudahnya sebagai tamhis (penyaringan dan seleksi), sebagaimana
firman Allah Ta'ala sesudah terjadinya perang ini,
َﻚْﻠِﺗَﻭ ُﻡﺎَّﻳَﺄْﻟﺍ ﺎَﻬُﻟِﻭﺍَﺪُﻧ َﻦْﻴَﺑ ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ َﻢَﻠْﻌَﻴِﻟَﻭ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺍﻮُﻨَﻣَﺁ
"Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat
pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir). " (QS.
Ali Imran: 140) Maka nampak dengan jelas kaum munafikin sesudah perang ini.
Tamhis ini juga sebagaimana yang dialami Thalut dan pasukannya saat bicara kepada pasukan yang
bersamanya, "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu
meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali menceduk
seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku. Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di
antara mereka." (QS. Al-Baqarah: 249) Maka menjadi bersihlah barisan Thalut dari para pendusta
dengan ujian ini, lalu yang sedikit inilah yang mampu mengalahkan Jalut dan pasukannya.
Saat manusia masuk Islam berbondong-bondong di Jazirah Arab pada akhir kehidupan Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam , padahal saat itu Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menyampaikan risalah ini
kepada seluruh umat, maka haruslah dilakukan tamhis (seleksi) terhadap mereka sebelum mereka
berangkat menyebarkan Islam dan memerangi Persia dan Romawi. Adalah wafatnya Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam merupakan ujian yang menampakkan muslim yang jujur dalam beragama dari
pendustanya. Sehingga muncullah kelompok-kelompok murtadin yang lalu diperangi kaum muslimin.
Hasilnya, barisan kaum muslimin menjadi bersih kembali sehingga kemenangan-kemenangan besar
dapat diraih sesudah itu.
. . . Karena kemenangan tidak akan diberikan kecuali melalui tangan hamba-hamba
pilihan. . .
Penutup
Karenanya, kepada mujahidin, janganlah kalian melemah semangat dalam memperjuangkan agama
Allah ini. Sesungguhnya tugas kalian adalah berjuang sungguh-sungguh dengan beristi'anah (meminta
pertolongan) dan tawakkal kepada Allah. Sesungguhnya kemenangan ada di tangan-Nya. "Dan
kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Ali Imran: 126)
Ingatlah teguran Allah kepada sahabat Nabi yang melemah dalam perang Uhud sesudah mendapatkan
keterpurukan, "Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari
pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di
jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang
sabar." (QS. Ali Imran: 146)
Sabarkan diri Anda dan perkuat kesabaran itu. Sesungguhnya keterpurukan ini tidaklah abadi. Sesudah
malam pasti terbitlah siang. Sesudah keterpurukan pasti akan datang kemenangan, "Mohonlah
pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi
orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-A'raf: 128)
Keterpurukan ini terjadi dengan izin Allah dan hikmah yang dikehendaki oleh-Nya. Yaitu untuk menyaring
orang-orang yang jujur dan sungguh-sungguh dalam berjuang dari para pendusta dan penyusup. Supaya
bersih barisan jihad dari munafikin dan pecundang, sehingga Allah akan datangkan kemenangan melalui
tangan-tangan hamba pilihan. Wallahu Ta'ala A'lam [PurWD/voa-islam.com]
Disarikan dari tulisan Nashir al-Fahd ('Alim dan Mujahid yang sedang tertawan), dari situs Mimbar
al-Tauhid wa al-Jihad.

Hikmah di balik keterpurukan gerakan jihad.

Hikmah di Balik Keterpurukan Gerakan Jihad, Para Mujahid Bersabarlah!
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah yang menunjuki dan menyesatkan kepada siapa yang Dia
kehendaki. Siapa yang diberinya petunjuk niscaya tak ada seorangpun yang mampu menyesatkannya.
Sebaliknya, siapa yang disesatkan oleh-Nya maka tak satupun yang mampu memberi petunjuk. Ya Allah
tunjukilah kami kepada jalan-Mu yang lurus.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam , yang telah
menyampaikan risalah, menasihati umat, dan berjihad di jalan Allah dengan jihad yang sebenarnya.
Semoga shalawat dan salam juga dilimpahkan kepada keluarga, para sahabat, dan umatnya yang
senantiasa meniti jalan hidupnya.
Kondisi umat Islam, diakui, dalam kondisi terpuruk. Negeri tempat tinggal mereka berada dibawah
tekanan dan kendali bangsa-bangsa kafir, khususnya Amerika dan sekutunya. Syariat Islam yang menjadi
aturan kehidupan mereka tidak boleh diterapkan. Bahkan bercita-cita tegaknya syariah saja sudah
diancam. Sehingga dengan sukarela atau terpaksa kaum muslimin di atur dengan syariat dan aturan
yang tidak diridhai Rabb mereka.
َﻢْﻜُﺤَﻓَﺃ ِﺔَّﻴِﻠِﻫﺎَﺠْﻟﺍ َﻥﻮُﻐْﺒَﻳ ُﻦَﺴْﺣَﺃ ْﻦَﻣَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻦِﻣ ٍﻡْﻮَﻘِﻟ ﺎًﻤْﻜُﺣ َﻥﻮُﻨِﻗﻮُﻳ
"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? " (QS. Al-Maidah: 50)
Di sisi lain dari kehidupan kaum muslimin, terdapat kelompok-kelompok yang serius dan konsisten
mengembalikan kejayaan umat Islam. Mereka berjuang untuk tegaknya kepemimpinan Islam yang lepas
dari tekanan bangsa kafir. Tujuannya, agar syariat Allah bisa ditegakkan. Kaum muslimin hidup mulia di
bawah syariat Tuhannya.
Jalan perjuangan yang ditempuh untuk tercapainya tujuan di atas memang beragam. Namun ringkasnya,
jalan dakwah -dengan bermacam bentuknya- dan jihad menjadi pilihan untuk sampainya kepada tujuan.
Karena keduanya telah ditempuh teladan umat Islam, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, untuk
memenangkan Islam dan meninggikan kalimatnya.
Dalam perjalanan perjuangan Islam tadi, sekarang, kaum muslimin sedang mengalami keterpurukan.
Pejuang Islam satu demi satu gugur di tangan lawan. Sebagiannya ditangkap dan dipenjara, bahkan ada
yang dieksekusi mati dengan tuduhan teroris. Para tokohnya dirusak nama baiknya, sehingga umat
Islam yang awam menjadi benci kepada mereka dan tidak memberikan dukungannya.
Di tataran kelompok dan jamaah umat Islam, lembaga-lembaga yang konsisten mengusung Dakwah Wal
Jihad demi tegaknya syariah mendapat perlawanan hebat dari bangsa kafir. Para thaghut penentang
syariat dari kalangan munafikin yang menjadi cecunguk kafirin berada di barisan terdepannya. Mereka
bersatu padu untuk memberi stigma buruk terhadap gerakan dakwah dan jihad, sebagai kelompok
teroris dan fundamentalis. Akibatnya, kelompok dan jamaah tersebut diancam dibubarkan.
Kondisi yang tidak menyenangkan ini mengakibatkan beberapa pejuang Islam membelot dari jalan
perjuangan. Tidak lagi membela dakwah dan jihad Islam, tapi berbalik menjadi corong untuk padamnya
cahaya perjuangan, -entah apa sebabnya, tapi urusan fulus terlihat ada di baliknya-. Para pembelot
tersebut bersama para thaghut dan kafirin memerangi kaum muslimin. Mereka membuka semua
rahasia yang menjadi strategi perjuangan, sehingga semakin mudahlah musuh memusnahkan
pergerakan.
Melihat realita ini sebagian umat yang dahulu punya semangat menjadi melemah. Bahkan sebagian
menganggap ujian demi ujian yang datang sebagai indikasi salahnya jalan. Sehingga ia meninggalkan
jalan jihad dan memilih jalan berislam yang aman dari ancaman. Bagaimanakah hakikat perjuangan,
khususnya di akhir zaman ini? Apakah kekalahan dan keterpurukan menjadi indikasi salahnya jalan
sehingga harus ditinggalkan? Bagaimana seharusnya kaum Mujahidin menyikapi realita yang kurang
menyenangkan ini?
Ujian Untuk Penyaringan
Di antara sunah Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam perjuangan, adanya tamhis (penyaringan/seleksi)
dalam barisan pejuang Islam sebelum tibanya kemenangan. Karena kemenangan tidak akan diberikan
kecuali melalui tangan hamba-hamba pilihan. Kemenangan yang beturut-turut dan cepat akan
mengakibatkan masuknya manusia yang beragam kualitas iman dan kejujurannya dalam barisan
pemenang. Karena itu, Allah memberikan ujian kepada para hamba-Nya sehingga hanya tinggal pasukan
pilihan. Tidak ada dalam barisan mujahidin kecuali orang yang jujur dan teguh, mereka itulah yang akan
Allah tolong sesudah itu, sebagaimana yang terjadi pada ghazwah (perang) Uhud.
SesudahAllah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin pada perang Badar, banyak orang
madinah yang masuk Islam, di antara mereka ada golongan munafikin. Kemudian Allah Subhanahu wa
Ta'ala mentakdirkan perang Uhud sesudahnya sebagai tamhis (penyaringan dan seleksi), sebagaimana
firman Allah Ta'ala sesudah terjadinya perang ini,
َﻚْﻠِﺗَﻭ ُﻡﺎَّﻳَﺄْﻟﺍ ﺎَﻬُﻟِﻭﺍَﺪُﻧ َﻦْﻴَﺑ ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ َﻢَﻠْﻌَﻴِﻟَﻭ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺍﻮُﻨَﻣَﺁ
"Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat
pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir). " (QS.
Ali Imran: 140) Maka nampak dengan jelas kaum munafikin sesudah perang ini.
Tamhis ini juga sebagaimana yang dialami Thalut dan pasukannya saat bicara kepada pasukan yang
bersamanya, "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu
meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali menceduk
seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku. Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di
antara mereka." (QS. Al-Baqarah: 249) Maka menjadi bersihlah barisan Thalut dari para pendusta
dengan ujian ini, lalu yang sedikit inilah yang mampu mengalahkan Jalut dan pasukannya.
Saat manusia masuk Islam berbondong-bondong di Jazirah Arab pada akhir kehidupan Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam , padahal saat itu Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menyampaikan risalah ini
kepada seluruh umat, maka haruslah dilakukan tamhis (seleksi) terhadap mereka sebelum mereka
berangkat menyebarkan Islam dan memerangi Persia dan Romawi. Adalah wafatnya Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam merupakan ujian yang menampakkan muslim yang jujur dalam beragama dari
pendustanya. Sehingga muncullah kelompok-kelompok murtadin yang lalu diperangi kaum muslimin.
Hasilnya, barisan kaum muslimin menjadi bersih kembali sehingga kemenangan-kemenangan besar
dapat diraih sesudah itu.
. . . Karena kemenangan tidak akan diberikan kecuali melalui tangan hamba-hamba
pilihan. . .
Penutup
Karenanya, kepada mujahidin, janganlah kalian melemah semangat dalam memperjuangkan agama
Allah ini. Sesungguhnya tugas kalian adalah berjuang sungguh-sungguh dengan beristi'anah (meminta
pertolongan) dan tawakkal kepada Allah. Sesungguhnya kemenangan ada di tangan-Nya. "Dan
kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Ali Imran: 126)
Ingatlah teguran Allah kepada sahabat Nabi yang melemah dalam perang Uhud sesudah mendapatkan
keterpurukan, "Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari
pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di
jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang
sabar." (QS. Ali Imran: 146)
Sabarkan diri Anda dan perkuat kesabaran itu. Sesungguhnya keterpurukan ini tidaklah abadi. Sesudah
malam pasti terbitlah siang. Sesudah keterpurukan pasti akan datang kemenangan, "Mohonlah
pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi
orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-A'raf: 128)
Keterpurukan ini terjadi dengan izin Allah dan hikmah yang dikehendaki oleh-Nya. Yaitu untuk menyaring
orang-orang yang jujur dan sungguh-sungguh dalam berjuang dari para pendusta dan penyusup. Supaya
bersih barisan jihad dari munafikin dan pecundang, sehingga Allah akan datangkan kemenangan melalui
tangan-tangan hamba pilihan. Wallahu Ta'ala A'lam [PurWD/voa-islam.com]
Disarikan dari tulisan Nashir al-Fahd ('Alim dan Mujahid yang sedang tertawan), dari situs Mimbar
al-Tauhid wa al-Jihad.

Kamis, 03 Mei 2012

USAMAH & AMERIKA

Satu tahun Syaikh Usamah dan impian apokaliptik Amerika

Ukasyah – Kamis, 3 Mei 2012 13:06:40



“Kami membunuh Osama, bukan untuk memerangi Islam. Tapi kami memerangi Osama demi perdamaian dunia Islam,”

Kata-kata itu betul-betul menyentak saya ketika diucapkan Obama pasca syahidnya (insyaAllah) Syaikh Usamah Bin Ladin rahimahullah, satu tahun silam. Orang Islam mana yang mau dibohongi Obama atas dalih perdamaian ketika memerangi Al Qaidah demi mewujudkan sebuah tata kemanusiaan. Tata kemanusiaan versi siapa? Versi Amerika!

Kita tidak bisa memisahkan antara ucapan Obama dengan semangat teokrasi Dajjalis ala bangsa sombong itu. Karena teologi dan kepentingan adalah dua sisi mata uang yang selalu dikorbankan Amerika lewat semangat Barbarismenya. Tentu kita masih ingat statement George Bush persis tiga bulan pasca tragedi 9/11 dengan menyatakan bahwa perang melawan Usamah adalah bentuk perang salib jilid II. Dan syahidnya Syaikh Usaman hanyalah “martir”, batu loncatan, dan jembatan untuk menunggu nubuah Yeremia: Aku akan mengambil kamu, seorang dari setiap kota dan dua orang dari setiap keluarga, dan akan membawa kamu ke Zion!

Zionisme Kristen dan Apokaliptisisme Amerika

Kevin Philips, dalam American Theocracy: The Peril and Politics of Radical Religion, Oil, and Borrowed Money in the 21st Century, menilai ada pengaruh fundamentalis Kristen radikal dalam pemerintahan Bush. Motif serbuan AS terhadap Negara-negara Timur Tengah tidak hanya dipicu oleh keinginan menguasai minyak dunia, namun juga tendensi teologis berupa “impian apokaliptik” yang melekat dalam dogma Kristen fundamentalis.

Apokaliptik sendiri adalah penyingkapan terhadap teks wahyu mengenai tanda-tanda akhir zaman berupa kejadian-kejadian dahsyat dan kerusakan besar yang disebabkan oleh ulah Sang Perusak bernama Antichrist (orang Islam menyebutnya Dajjal). Untuk menyelamatkan umatnya yang beriman, Isa Almasih as akan turun dan memulihkan kembali kerajaan Tuhan di muka bumi dengan Yerusalem sebagai ibukotanya.

Obama adalah seorang Kristen Zionis yang begitu taat sekaligus cerdas. Semangat misi zionis dalam jiwanya banyak tertuang dalam caranya membangkitkan militansi heroik dalam tubuh pasukannya. Pada tahun 2009, Obama pernah mengatakan kepada para Veteran Perang di negaranya bahwa Amerika Serikat terpaksa bertempur di Afghanistan semata-semata jalan untuk mengantisipasi terulangnya serangan seperti 11 September di masa yang akan datang. Di masa ketika akhir zaman betul-betul akan meletuskan benturan besar antara kaum salibi dengan pasukan tauhidi.

Arie De Kuper, dalam bukunya, “Mulai Dari Musa Dan Segala Nabi”, menilai Apokaliptisisme Fundamentalis Kristen dengan mentalitas pengusungan Negara Modern Israel adalah model Zionisme Kristen. Dan menariknya menurut De Kuper, semangat masuknya Zionisme Kristen di tubuh Amerika bersamaan dengan teologi Armagedon atau perang di akhir zaman dalam doktrin bible. Karenanya tidak heran ketika Israel memenangkan Perang Enam Hari (melawan Mesir, Yordania, dan Suriah) Nelson Bell, editor majalah Christianity Today, menyuarakan perasaan banyak orang Kristen Evangelikal Amerika pada waktu itu dengan kebanggan sebuah kelompok pongah bernama Yahudi.

“Untuk pertama kalinya di dalam kurun waktu lebih dari 2000 tahun Yerusalem kini sepenuhnya berada kembali dalam kekuasaan orang-orang Yahudi; dan fakta ini memberikan suatu kepercayaan yang dibarui dan tergairahkan kepada setiap orang yang mempelajari Alkitab bahwa Alkitab itu benar dan sah,” tulis Bell.

Ini artinya, tanpa sungkan Yahudi mengklaim bahwa kemenangan Perang Enam Hari adalah murni itikad Allah untuk memberikan bagian dari tanah yang tidak mereka (baca: Israel) terima pada tahun 1948. Hasil dari Perang Enam Hari adalah bahwa Yudea dan Samaria, dan Kota Lama Yerusalem, ibu kota kerajaan Daud, dikembalikan kepada mereka sebagai pewaris sah Palestina.

Syahidnya Syaikh Usamah Bin Ladin rahimahullah adalah satu tahap awal untuk membunuh para Ulama lainnya atas militansi perang Salib antara Zionisme Kristen yang didukung Israel melawan Islam. Ingat kita sudah berada di akhir zaman. Bukan saja dunia Islam yang merasakannya, termasuk Kristen dan Yahudi. Dan Obama betul-betul menemukan momentum pas untuk melebarkan sayap Zionisme seperti terlihat dalam antusiasme masyarakat pasca syahidnya Syaikh Usamah.

Dalam kontelasi ini, kita sudah tidak bisa lagi membedakan mana masyarakat sipil mana pemerintah AS: mereka semua turun ke jalan membunyikan mobil, menyalakan motor, menyetel Televisi siang malam dan menyebarkannya seluruh dunia, seakan akan mereka akan menyambut Messiah turun ke bumi! Dan tampaknya Amerika memang benar-benar serius menyambut momentum benturan akhir zaman baik lewat film, novel, maupun lagu seperti, 2012, Core, The Day After Tomorrow, Armageddon, The End of Evangelion, The Road Warrior, serial Left Behind (Tim LaHaye dan Jerry B. Jenkins), Its Only Temporary (Eric Shapiro) dan Survivors (Zion Ben-Jonah). Last Day on Earth (Duran Duran), Progenies of the Great Apocalypse (Dimnu Borgir) dan King of the World (Steely Dan).

Militansi Syaikh Usamah dan Pertarungan Timur Tengah

Senada dengan Yahudi dan Kristen, Syahidnya Syaikh Usamah sama-sama akan menjadi motivasi bagi umat Islam untuk melawan kaum kuffar di akhir zaman. Pasca Syahidnya Usamah, Al-Shabaab pun bersumpah membalas kematian Syaikh Usamah dengan mengatakan kekhalifahan global akan segera terbentuk. Bahkan HAMAS pun turut mengecam pembunuhan Usamah. Tentu, ketika seluruh komponen jihadis bersatu dalam panji Tauhid ini benar-benar akan sangat menakutkan bagi Israel.

Sosok Syaikh Usamah betul-betul menjadi semangat militansi umat Islam, karena Usamah adalah sosok yang dinilai paling berani melawan hegemoni imperialisme Barat. Bahkan seminggu sebelum syahid, Asy Syahid masih sempat memotivasi agar kaum muslimin teguh menumbangkan para tiran di Timur Tengah. Dengan lantang, ia menyatakan bahwa Matahari revolusi telah tiba dari Maghrib yang lampunya mulai bersinar terang di Tunisia. Salah satu yang akan menjadi tantangan besar bagi umat Islam adalah bagaimana meyakinkan Arab Saudi bahwa Amerika betul-betul musuh sejati umat Islam. Bagaimana tidak? Arab Saudi yang seharusnya menjadi Negara pelindung hak dan martabat umat Islam justru terjebak pada koalisi kuffar bersama Amerika yang sejatinya memang berniat menaklukan Saudi. Karena menguasai Saudi sama dengan menjalankan separuh nubuwah teologi messianik dimana Yahudi masih memiliki dendam ketika Bani Nadhir dan Bani Qainuqo berperang melawan Rasulullah SAW dan Umat Islam.

Karenanya tidak heran dalam peta terbarunya, -yang dikeluarkan Ralph Peters seorang perwira Intelejen Amerika di tahun 2006,- Zionis berencana memecah Arab Saudi menjadi dua bagian: antara Mekah dan Madinah. Kedua ‘negara’ ini nantinya akan menjadi sebuah Negara independen bernama Islamic Sacred State. Sementara separuh wilayah Saudi akan merangsek ke garis batas Yaman bagian selatan.

Peta menguasai Timur Tengah jauh sebelum Ralph, juga sudah dicanangkan Theodorl Herzl yang mengatakan bahwa cakupan Zionis akan membentang dari sungai Nil ke Eufrat. Begitu pula dengan testimoni Rabi Fischman di tahun 1947 yang berujar bahwa Tanah yang Dijanjikan Tuhan untuk bangsa Yahudi dimulai memanjang dari Sungai Nil ke Eufrat. Itu termasuk bagian Suriah dan Lebanon. Sedangkan Oded Yinon dalam doktrinnya yang tercantum dalam Kivunin dan dikeluarkan oleh The World Zionist Organization juga menyiratkan hal yang sama, “The Moslem World is built like a temporary house of card put together by foreigners divide into 19 states, all made combination of minorities dan ethnic group wich are hostile to one another, so that every Arab Moslem state nowaday faces ethnic social destruction from within, and in some a civil war already raging,”

Oleh karena itu, clash antara Islam dan kaum kuffar pasca syahidnya Syaikh Usamah ini terus berlangsung bahkan ketika Dajjal turun. Maka daripada itu, Syahidnya Usamah adalah momentum untuk Islam bersatu meraih kemuliaan dan kesemuanya akan berjalan beriringan dengan semangat militansi Kristen, Yahudi, yang juga akan bersatu membantai Islam demi menyambut sang messiah. Sudahkah kita mempersiapkannya?

Wallahua'lam.

Oleh, Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi

KEHIDUAN ISTRI MUJAHID

Kehidupan Isteri yang mujahidah
Kalau pada point sebelumnya dibeberkan tentang kehidupan isteri dari
isteri mujahid , maka pada point ini dibicarakan tentang isteri yang
mujahidah dalam artian wanita itupun benar benar terlibat dan terjun
langsung dalam kancah perjuangan sebagaimana halnya suaminya
[mujahidah isteri mujahid].
Seorang mujahidah bukan sekedar mendampingi suaminya yang mujahid
saja, namun dia sendiri adalah pejuang Islam, sama seperti suaminya !
mereka bahu membahu dengan suami menunaikan tugas di medan jihad.
Isteri yang begini sama berdayung dengan suaminya dalam melayarkan
bahtera rumah tangga, juga sama berdayung dengan suaminya dalam
melayarkan bahtera perjuangan.
Bila mereka bisa membangun saling pengertian, saling bahu membahu
dalam rumah tangga, saling membagi waktu untuk semua itu. Inilah isteri
yang paling harapan, bukan hanya harapan suami dan anak-anaknya, tapi
harapan keseluruhan front perjuangan Islam.
Seluruh problem perjuangan yang dipikul suaminya, sang isteri mengerti
pula. Hingga bila suatu sa'at suaminya berhalangan, maka sang isteri
mampu membuatnya tidak terbengkalai, mampu menggantikan dan
melanjutkannya tanpa tersendat [tentu dalam batas-batas yang dibenarkan
syari'at bagi wanita Islam].
Adakalanya isteri yang pejuang itu lebih hebat dan lebih tangguh dari
suaminya, lihatlah seperti Jendral Pejuang Tentara Islam di Aceh, Chut
Nya' Dien. Atau Nashibah tentara Islam semasa Rosululloh, resapi biograpi
para wanita pejuang Islam, agar jiwa kita hidup pula karenanya.
Maka itu, isteri yang mujahidah harus tahu betul mengatur waktu untuk
perjuangan, untuk mendapat tambahan nafkah, karena biaya hidup
keluarga mujahid, walaupun tidak mewah relatif lebih besar dari pada yang
non mujahid, sebab ia pun mesti menyediakan dana sendiri untuk biaya
perjuangannya, tidak hanya mengandalkan kas perjuangan.
Juga untuk pekerjaan rumah tangga seperti masak, mencuci, mengasuh
anak. menata rumah tangga dsb. Itu tak boleh hanya dipikul isterinya
secara sefihak, sebagaimana ia turut berjuang seperti suaminya di medan
jihad, maka suami yang mujahid harus terlibat pula membantu tunainya
tugas sang isteri di rumahnya. Terlalu berat kalau isteri yang mujahidah
tadi, disamping berjuang di luar, harus pula 100 persen menyelesaikan
sendiri segala sesuatunya dirumah.
Apalagi kalau saudara perjuangan datang bertamu untuk satu keperluan,
jauh malam hari dan belum makan, janganlah suami hanya menunggu
atau memaksa sang isteri untuk menyiapkan makanan. Sang suami harus
mampu menyiapkannya dengan tak mengusik isteri yang mungkin sudah
lelah di siang hari dengan tugas juangnya.
Sebab jangan lupa, bagaimanapun pada umumnya, apalagi isteri yang
aktif dalam perjuangan, pekerjaannya lebih berat dan banyak di banding
suaminya. Siapa yang menganggap bahwa pekerjaan isteri itu lebih enteng
dan tak terlalu melelahkan dari pada kerja sang suaminya, jadi bukti bahwa
ia sebenarnya tak begitu telaten memperhatikan keluarganya.
Sikap menganggap isteri sebagai budak belian, sangat tidak pantas
dilakukan seorang mujahid. Wanita Islam terlalu mulia untuk dipandang
sebagai pemuas syahwat, apalagi disetarakan dengan budak belian, ia
dengan ketaqwaannya mesti dipandang sebagai mitra jihad, yang
dengannya kita bahu membahu menunaikan tugas juang ini. Di bawah
pengawasan Alloh Pemegang Komando Tertinggi Front Sabilillah.
Memandang rendah isteri bukanlah kepribadian mujahid, begitu pula
memandang rendah suami bukan akhlaq wanita pejuang Islam
[mujahidah].
Setiap mujahid mesti mendorong dan mendukung setiap kegiatan positif
dari isterinya untuk maju ke gelanggang, sesuai dengan kemampuan yang
ada, dalam batas batas syari'at yang dijunjung tinggi. Bahkan suami harus
terus menerus meningkatkan daya mampu dan peranan isterinya di
gelanggang perjuangan.
Dalam rumah tangga yang begini, timbullah sikap saling melayani, saling
membantu, saling mendorong untuk kemajuan, saling bersyukur atas
suksesnya karir masing masing.
Bila perlu, bila isteri pulang dari tugas juang [berdakwah, silaturrahmi dsb]
nampak lelah dan capai, sang suami harus dengan lega hati dan bangga
menyiapkan makanan untuk isterinya yang pulang jihad, membawakan
minum baginya.
Jadi bukan hanya sang suami yang harus dilayani di waktu mereka sedang
lelah dan pulang tugas, sang isteri pun harus dan wajar bila diperlakukan
sama.
Bagi seorang mujahidah , mestilah cermat menggunakan waktunya secara
effektif, jangan semuanya dihabiskan di dapur, jangan bertele tele dalam
mengatur dapur, yang serba ringkas saja, cekatan, dan sederhana. Jangan
dibiasakan menghabiskan waktu berlarut larut di dapur. Dari pagi hingga
siang, bahkan sore hari cuma melingkar di dapur dengan berbagai resep
kue kue kaum kapitalis, ini bukan cara ke dapurnya pejuang Islam !
Pakailah waktu sesederhana mungkin dengan memasak yang seringkas
ringkasnya, sebab suasana perjuangan meminta anda untuk menyediakan
waktu lebih banyak lagi.
Begitu juga dengan mencuci pakaian,jangan ditumpuk banyak-banyak, apa
yang perlu dicuci itu hari, jangan ditunda sampai esok. Kalau perlu setiap
mandi, cicillah cucian anda. Baik sang isteri, suami maupun anak-anak
yang mulai berangkat besar.
Sudah makan langsung cuci piring, jangan sampai tunggu dua tiga jam
baru dicuci, supaya tidak jadi repot,karena tugas gerak juang meminta
waktu lebih banyak lagi.
Begitulah sedikit gambaran wanita pejuang Islam, dan pengaturan rumah
tangga dalam keluarga mujahid.
Biasakanlah mendiskusikan setiap problema dengan isteri kita yang juga
pejuang itu, guna menambah pengalaman dan pengertian ke dua belah
pihak dalam perjuangan.
Dengan begini isteri benar-benar merasa diperlakukan sebagai mitra jihad,
bukan sebagai budak belian, yang hanya diperintah, dimarahi, dibentak,
apalagi dipukul. Kalau begini caranya, jadi tidak jelas, mana yang sedang
dimusuhi dan mana kerabat kerja perjuangan. Cara-cara negatif,
memperbudak, atau menghina isteri bukanlah kepribadian mujahid sejati.